Belajar dari Kejadian di AS, Ini Risikonya Jika Gunakan Sistem IT yang Tidak Tepat di Perusahaan

Belajar dari Kejadian di AS, Ini Risikonya Jika Gunakan Sistem IT yang Tidak Tepat di Perusahaan

Industri Enterprise Resource Planning di Indonesia dan dunia belakangan dikejutkan oleh maraknya kabar tentang praktik suap oleh sebuah perusahaan ERP asal Jerman. Mengutip informasi yang disebarluaskan Departemen Kehakiman Amerika Serikat atau Department of Justice Amerika Serikat (DOJ US), terdapat perusahaan ERP asal Jerman didenda sebesar USD 220 juta atau setara Rp 3,4 triliun (menggunakan asumsi kurs dolar per 23 Januari 2024). Perusahaan tersebut dinyatakan terbukti melakukan praktik suap ke pejabat publik di Afrika Selatan dan Indonesia.

Pada dokumen penyelidikan, praktik suap yang dilakukan berupa pemenuhan kebutuhan pejabat di Afrika Selatan dan Indonesia dalam bentuk uang tunai, sumbangan politik, transfer elektronik hingga beragam barang mewah. Maka, terdapat kemungkinan digitalisasi yang diimplementasikan belum tentu didasari oleh kemampuan sistem untuk mendukung perkembangan instansi atau bisnis. Pasar ERP sangat beragam, para pemimpin perusahaan direkomendasikan memilih sistem dari mitra yang dapat dipercaya agar para penggunanya bisa memastikan keberlangsungan bisnis.

Belajar dari Kejadian di AS, Ini Risikonya Jika Gunakan Sistem IT yang Tidak Tepat di Perusahaan Perusahaan di Bangka Selatan yang Tidak Migrasi OSS RBA, Database di Sistem akan Dihapus Isi Ancaman dari Disnakertrans Kotim Bagi Perusahaan Bayar THR Tidak Tepat Waktu

Sistem Pembayaran Ritel Nasional Dinilai Masih Ada Kelemahan, Indonesia Disarankan Belajar dari AS Tips Menyimpan Roti Tawar Supaya Tidak Mudah Berjamur, Gunakan Wadah yang Tepat Sistem Contraflow di Lokasi Kejadian Kecelakaan Maut di Tol Jakarta Cikampek Bakal Dievaluasi

Belajar dari YouTube, Tiktokers di Depok Bobol Sistem Top Up KRL, Raup Belasan Juta Pengecekan Kaki kaki Mobil Harus Gunakan Alat yang Tepat Lusiana Lu, Business Development Director dari HashMicro membenarkan hal tersebut.

Dia mengatakan, memilih ERP adalah keputusan strategis yang harus diperhatikan banyak aspek di dalamnya. “Risiko dari pemilihan mitra ERP yang tidak tepat sangatlah beragam dan dapat memberikan dampak negatif yang signifikan bagi bisnis. Untuk itu, perlu persiapan matang dari perusahaan dan penilaian mendalam terhadap mitra yang dituju,” ujar Lusiana dikutip dari keterangan pers, Sabtu, 27 Januari 2024. Pihaknya merangkum ada tiga risiko utama yang terjadi ketika perusahaan memilih mitra yang tidak tepat:

Pertama, ERP yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis. Setiap perusahaan memiliki keunikan pada bisnisnya, dan memilih ERP yang tidak sesuai dapat menyebabkan ketidakcocokan terhadap operasi bisnis yang dijalankan. Pemilihan mitra ERP yang tidak memahami sepenuhnya kebutuhan bisnis dapat menghasilkan solusi yang kurang efektif dan dapat menimbulkan kerugian finansial. Kedua, kerugian finansial. Ada kemungkinan mitra ERP yang tidak tepat akan menyembunyikan biaya biaya yang tidak terduga. Seperti contoh, pada saat pertemuan pertama, sistem tampak seperti solusi ERP yang terjangkau, tetapi setelah implementasi dapat menjadi sangat mahal ketika melakukan upgrade.

Pemilihan sistem ERP yang tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis juga dapat merugikan penggunanya. Karena, sistem yang tidak mampu mendukung proses bisnis dengan baik dapat mengurangi nilai investasi. Ketiga, sistem ERP yang diimplementasi tidak bertahan lama. Salah memilih ERP yang tidak memiliki skalabilitas akan membuat perusahaan pengguna harus mencari sistem ERP lain yang dapat mendukung perkembangan bisnisnya. Karena pada dasarnya ERP harus memiliki kemampuan untuk membantu sebuah bisnis berkembang secara optimal dan efisien.

Yang tidak dimiliki oleh banyak ERP lain adalah kemampuan ERP untuk ikut berkembang menyesuaikan pertumbuhan bisnis penggunanya. Semakin berkembang bisnis, semakin banyak kebutuhan yang harus bisa dikerjakan oleh ERP, jika tidak, perusahaan pengguna harus mengganti sistem ERP sehingga perusahaan harus melakukan investasi baik secara finansial dan waktu untuk mengganti mitra ERPnya. Menurut HashMicro, risiko risiko ini dapat dihindari dengan melakukan evaluasi mendalam terhadap kemampuan dan reputasi mitra ERP sebelum membuat keputusan.

"Sebelum memilih mitra ERP, penting untuk melakukan penelitian menyeluruh, termasuk mengevaluasi rekam jejak, kestabilan keuangan, dan tingkat kepuasan pelanggan dari mitra tersebut," ujar Lusiana. Pihaknya juga menyarankan agar calon pengguna ERP aktif berkomunikasi dengan mitra potensial, mengajukan pertanyaan terkait pengalaman sebelumnya, dan meminta referensi dari klien yang sudah menggunakan layanan mereka. Proses ini membantu untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kemampuan mitra ERP dalam menangani proyek implementasi dan memberikan dukungan setelahnya.

Melalui momentum ini, HashMicro mengajak seluruh pemangku kepentingan bisnis untuk lebih waspada dan proaktif dalam mengelola risiko terkait pemilihan mitra ERP. "Keputusan yang tepat dalam pemilihan ERP dapat menjadi investasi jangka panjang yang memberikan nilai tambah signifikan bagi perusahaan," ungkap Lusiana.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *